Rabu, 30 Desember 2009

Ayo Ke Toraja: Ada Upacara Pemakaman di awal Januari 2010





Toraja selalu menarik untuk dikunjungi kapan saja, karena di daerah ini wisata ini selain kita akan terpesona oleh keindahan alamnya juga bentuk kehidupan masyarakat dan budayanya. Nah jika anda ingin jalan-jalan ke Toraja di awal tahun ini sebaiknya gunakan kesempatan tersebut.
Pasalnya pada tanggal 8-12 Januari 2010 nanti di lokasi wisata Kete’ Kesu’ akan ada upacara tradisi pemakaman. Upacara ini tergolong upacara tingkat tinggi, dengan jumlah hewan korban sembelihan minimal 24 ekor kerbau dengan jenis dan ukuran maksimal. Selain itu juga akan disembelih ratusan ekor babi



Selain mengikuti upacara prosesei pemakaman pelancong juga dapat menikmati lokasi wisata lainnnya antara lain kompleks rumah adat (tongkonan), pemakaman goa batu, kuburan di pohon, pemandangan alam batutumonga dan lain-lain.
Biaya perjalanan wisata ke Toraja selama 3 hari minimal Rp.1.750.000/ orang, sudah termasuk transportasi Makassar-Toraja (pp), penginapan, makan, dan transportasi lokal. Nah jika mau jalan-jalan ke Toraja sambil mendapat penjelasan tentang budaya mereka saya siap mengantar Anda. Ayo Ke TORAJA

Kamis, 03 Desember 2009

Antara Cicak dan Buaya, Kita ini Siapa?

Shaifuddin Bahrum

Tiba-tiba saja kita digandrungi berita tentang perseteruan Cicak dan Buaya. Di mana-mana orang membicarakan bagai mana sepak terjang keduanya dan siapa-siapa yang berada di belakang mereka. Di face book sebagai balai pertemuan raksasa juga orang-orang dari berbagai pelosok dunia memberikan pula komentarya. Pertarungan semakin seru ketika dibentuk presiden membentuk Tim Indipenden Verifikasi Fakta yang diketua oleh Adnan Buyung Nasition dan digelar acara dengar bersama rekaman pembicaraan telepon hasil sadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lalu kita pun tersentak dengan setumpuk pertanyaan di kepala; ada apa dengan bangsa kita?
Meskipun awalnya banyak yang tidak paham dengan persoalan sesungguhnya akan tetapi setelah menyaksikan beberapa tayangan televisi, dan membaca pemberitaan yang ada lalu kemudian persoalannya kian semakin jelas. Kita pun semakin tahu siapa-siapa saja tokoh yang berperan di dalam cerita tersebut, lantara beberapa tokoh di dalamnya adalah pemain yang sudah popular dan juga kita berkenalan dengan tokoh-tokoh baru. Dari tokoh-tokoh yang berperan tersebut kemudian muncul bayangan samar-samar tentang siapa buaya dan siapa yang cecak.
Buaya menjadi ikon lembaga yang lebih besar dan cicak adalah lembaga yang lebih kecil. Buaya itu adalah simbol Polri dan Kejari dan cicak adalah KPK. Polri dan Kejari adalah lembaga yang memiliki jumlah personil dan jejaring yang lebih banyak di banding dengan KPK yang jumlahnya tidak banyak. Meskipun ada juga pengamat yang meletakkan kedua simbol itu secara terbalik. Simbol buaya diletakkan pada lembaga KPK, dan cicak pada Polri dan kejaksaan. Hal ini karena melihat wewenang yang ada pada kedua lembaga tersebut. Logikanya masa ada cicak yang bisa menelan buaya, KPK kan bisa mengejar-ngejar polisi dan jaksa, bisa menyadap telepon mereka.
Pertarungan Cicak dan Buaya ini pada dasarnya adalah sebuah pertarungan dalam rangka penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Kedua masalah ini sudah menjadi persoalan yang sangat mengganggu kehidupan bernegara kita. Pelakunya diperankan oleh para elit-elit negara kita dengan sokongan dana dari pengusaha-pengusaha besar (konglomerat) atau pakai duit negara. Sejak awal reformasi (1998) masalah ini sudah terkuak dan masalah tampak dengan jelas. Akan tetapi setelah 11 tahun perjalanan reformasi masalah ini tidak bisa terselesaikan dengan tuntas. Karena masih terkendala oleh permainan catur tingkat tinggi di sekitar istana. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi masih tebang pilih, dan kita sebagai rakyat biasa hanya bisa manggut-manggut menyaksikan pertunjukan sandiwara terjadi.
Dalam pertarungan cicak vs buaya ini kita juga kemudian tersadar bahwa ternyata hukum dan korupsi masih terus berlangsung di negeri ini karena selalu ada orang yang bisa membeli hukum dengan uang yang banyak. Uang bisa mengatur hitam putihnya keadilan di polisi dan di kejaksaan. Hal ini membuat kita semakin kehilangan kepercayaan pada institusi-institsi penegak keadilan. Karena symbol Dewi Keadilan yang ditutup matanya ternyata selama ini tipuan belaka, karena dia masih bisa melirik dan tergiur dengan uang. Atau mungkin kasus ini juga kita sudah tahu, tetapi tidak mau atau enggan berbicara, atau mungkin kita masih tergolong pelaku-pelaku ketidakadilan itu. Bisa saja, yang menyuburkan ketidakadilan dan korupsi di negeri ini adalah bersumber dari rakyat yang terbiasa bermain-main dengan uang dengan alas an klasik “demi lancarnya urusan”. Padahal tanpa kita sadari kitalah yang menanam bibit, dan memupuknya. Mulai dari tingkat bawah di kelurahan atau di desa, dengan menyogok tukang-tukang sapu/sampah, penjaga pintu, pegai lurah lurah, pak lurah, pak camat, polisi yang jaga di pinggir jalan atau di pos-pos penjagaan, sampai kemudian ditingkat yang lebih tinggi, semuanya kita biasakan member sogokan. Akhirnya beginilah jadinya negeri kita ini…
Entahlah, apakah kita termasuk dalam kelompok yang memihak pada cicik atau pada buaya?

Rabu, 02 Desember 2009

Takabonerate, Surga Bawa laut yang Jauh

Shaifuddin Bahrum



Menyaksikan keindahan pemandangan alam di darat mungkin akan membuat kita jadi jenuh, karena kita akan menyaksikan secara berulang-ulang pemandangan pegunungan, pepohonan, persawahan, dan pantai. Akan tetapi keindahan bawah laut akan membuat kita lebih tercengang dengan sesuatu yang baru yang mungkin belum pernah kita temukan sebelumnya. Apa lagi kita memiliki 2/3 wilayah laut dari keseluruhan wilayah Indonesia.
Takabonerate adalah salah satu kawasan taman laut yang berada di Kepulauan Indonesia. Daerah ini adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan ini terletak secara terpisah cukup jauh dari pulau induknya Pulau Selayar. Untuk mencapai Takabonerate dibutuhkan waktu berjam-jam lamananya dengan menggunakan perahu/kapal bermotor dengan kecepatan sedang dari Kota Benteng, Selayar.
Takabonerate terdisi atas gugusan pulau karang. Sebagian berpenghuni dan sebagian lagi dibiarkan kosong karena pulau tersebut hanya dipenuhi karang dan kadang tenggelam jika waktu air naik pasang. Dari puluhan pulau tersebut dibagi atas 5 desa atau pulau-pulau besar, Jakni Rajuni, Latondu, Tarupa, Jinato, Tambuna . Wilayah ini sudah dijadikan sebagai Taman Laut Nasional.













Penulis bersama sejumlah penyelam bersiap-siap menikmati keindahan bawah laut Takabonerate.


Taman Nasional Taka Bonerate memiliki karang atol (gugusan karang besar) yang terbesar ketiga di dunia yaitu setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km².
Taman laut yang luas ini sangat mengundang minat pada pelancong untuk melakukan penyelaman (diving) atau renang permukaan (snorkeling) sembari menikmati keindahan karang dan sejumlah spesies ikan dan mahluk hidup lainnya di sana.

Kaya Biota Laut
Bukan sedekar isapan jempol belaka, untuk mengatakan bahwa Takabonerate memiliki pesona tersendiri. Karena hal tersebut telah dibuktikan dengan hasil penelitian ilmiah dari berbagai pakar dari berbagai disiplin ilmu. Kekayaan biota laut yang sudah teridentifikasi antara lain; terumbu karang sebanyak 261 jenis dari 17 famili; diantaranya Pocillopora Eydouxi, Montipora Danae, Acropora Palifera, Porites Cylindrica, Pavona Clavus, Fungia Concinna, dan lain-lain. Sebagian besar jenis-jenis karang tersebut telah membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef). Semuanya merupakan terumbu karang yang indah dan relatif masih utuh.



Terdapat sekitar 295 jenis ikan karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp.). Sebanyak 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga (Nautilus pompillius). Jenis-jenis penyu yang tercatat termasuk penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Dermochelys coriacea).
Dari sejumlah pulau yang ada terdapat 15 buah pulau di Taman Nasional Taka Bonerate dapat dilakukan kegiatan penyelaman, snorkeling, dan wisata bahari lainnya.
Dalam penyelaman dan snorkeling kita akan menemukan dan menyaksikan keindahan alam bawah laut dengan gugusan trumbu karang yang menakjubkan dengan berbagai warna dan bentuknya, yang mungkin tidak kita temukan di perairan atau di laut lainnya. Kita pun akan bertemu dengan berbagai jenis ikan, kerang, dan berbagai biota laut lainnya seperti dijelaskan di atas.

Sorga yang Jauh
Untuk mencapai Kepulauan Takabonerate dapat ditembuh melalui tiga pintu utama yakni pintu pertama adalah dari Kota Benteng. Artinya jika dari Kota Makassar kita akan berangkat menuju Kabupaten Bulukkumba lalu melaui pelabuhan Tanjung Bira kita menyebrang dengan menggunakan kapal Fery. Perjalanan ini akan memakan waktu selama kurang lebih 7-8 jam dengan menggunakan bus angkutan via terminal Mallengkeri atau mubil pribadi dari Makassar sampai ke Kota Benteng. Dari Kota Benteng kita akan menggunakan kapal motor menuju Kepulauan Takabonerate. Perjalanan inipun akan memakan waktu sekitar 8 jam.



Pintu kedua adalah melalui Pelabuhan Tanjung Bira Setelah sampai di Tanjung Bira, pelancong juga dapat langsung diantar ke Takabonerate, dengan menggunakan kapal motor. Waktu tempuhnya juga akan memakan waktu kurang lebih 8-10 jam. Sedangkan pintu ke tiga melalui Pulau Bali (Kota Denpasar). Pintu ketiga ini bisanya diatur oleh agen perjalanan (travel biro).














Enaknya berenang di Laut Takabonerate yang bersih


Takabonerate memang terasa masih terlalu jauh, akan tetapi jika kita sudah melakukan perjalanan tersebut maka kenikmatan perjalanan akan lebih terasa dengan menyaksikan pemandangan dan tradisi masyarakat yang masih sangat alami (natural). Rasa lelah perjalanan pun akan terobati setelah menyaksikan sorga bawah laut yang ada tersembunyi di Takabonerate.

NUANSA SENI “TAKABONERATE EXPEDITION 2009”, SUKSES

Dalam rangkaian even promosi wisata “Takabonerate Island Expedition 2009” selain menggelar acara di laut seperti penyelaman (diving), selam permukaan (snorkeling), dan lomba mancing internasional juga diselenggarakan kegiatan kesenian antara lain; Pertunjukan Tari dan Barzanji massal, Festival Budaya Konjo, serta Festival Seni dan Budaya se Sulawesi Selatan. Acara ini berlangsung 16-24 Oktober 2009.
Salah satu kegiatan yang cukup menarik dalam iven ini adalah Festival Budaya Konjo. Acara ini diikuti oleh peserta dari Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Selayar. Konjo adalah masyarakat sub-etnik Makassar yang tersebar dibeberapa kabupaten. Di Kabupaten Selayar dan Bulukumba adalah daerah keompok besar masyarakat konjo. Festival ini bertujuan untuk mempertemukan masyarakat yang terpisah-pisah itu untuk saling memandang kebudayaan leluhur mereka. Dalam festival ini digelar Tari, musik, dan upacara tradisinal dan ritual.


sebuah Tarian Tim dari Kabupaten Barru







Sementara Festival Seni Tari dan Musik se Sulawesi Selatan di ikuti oleh beberapa kabupaten dan kota, antara Lain Kota Makassar, Pare-pare, Kabupaten Barru, Sidrap, Wajo, dan beberapa kabupaten lainnya. Kabupaten selayar sendiri mewajibkan 11 kecamatannya untuk terlibat dan mempersembahkan tradisi dan keseniannya. Keterlibatan peserta dari luar adalah suatu bentuk dukungan terhadap kegiatan “Takabonerate Expedition” yang sangat berharga ini. Setiap malam pertunjukan Anjungan Plaza Marina Benteng, Selayar selalu dibanjiri pengunjung yang berjubel menyaksikan atraksi kesenian yang disajikan.