Senin, 25 Oktober 2010

KELOMPOK MUSIK SPASI DAN SAYA

Pernah ada satu masa, kami berkumpul dan bekerja secara kreatif dalam dunia kesenian. Waktu itu saya sudah alumni dan beberapa teman lainnya masih tercatat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia Univ. Hasanuddin. Mereka membentuk kelompok musik Spasi (25 Desember 1996) lalu menggelar pertunjukan (konser) dengan judul "Kenduri Air Mata" (1998). Lalu saya diminta menulis beberapa lirik lagu..... waktu itu saya sudah ada beberapa puisi yang sudah menjadi bagian dalam beberapa pertunjukan teater saya.......yah jadilah sudah.....


Yang Pernah Terlibat di Spasi

Arifin Husain (gitar), Dian Hendiyanto (gitar/vokal), Arian (gitar), Zainal Abidin (gitar), Malik (vokal), Saharuddin Ridwan (perkusi), Hari Bahru (perkusi, biola, alat tiup), Hidayat (perkusi), Rusman (perkusi), Asriadi (perkusi), Rahmi (vokal), Wildana (vokal), Ani (vokal), Ani (vokal)

Konsep musik yang dikembang waktu itu adalah adalah musik kreatif yang diramu dari sejumlah alah musik dan bunyi yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Baik dari lingkungan budaya kita (Bugis-Makassar) maupun dari lingkungan kampus (dunia mahasiswa). Dulu/ waktu itu kami membebaskan diri untuk terjebak pada berpikir pelik soal instrumental yang sulit diperoleh karena mahal, pasti biaya kemahasiswaan tidak bisa menjangkaunya. Maka yang ada gitar akustik, gendang makassar, kecapi, jimbe, katto-katto dari bambu, dan lain-lain sebagainya. Lirik lagunya pun diambil dari puisi-puisi yang sudah ada atau dibuat khusus untuk Spasi. Tentu saja lagu-lagu/ puisi-puisi yang dipilih adalah yang bernuansa kritik sosial, lingkungan, dan sedikit bergaya demo ala mahasiswa, maklumlah....... Sehingga dengan demikian maka jadilah kelompok musik Spasi..... dan bikin konser deh........Kenduru Air Mata......

Sebagian Puisi yang dulu saya tulis itu, saya baru dikirimi oleh Dian yang masih menyimpannya. berikut saya muat dibawah ini:


KEMARAU

mungkinkah hari ini

pengembaraan akan berakhir

setelah tapak-tapak menjadi kabur

dan mimpi terbang pada angkasa hilang

di mana alamat tempat bertanya

kemarau yang belum pernah usai

menggunduli bukit dan hutan-hutan

sambil mengejek-ejek derita usang

dengan air mata belum kering

tak tahu siapa lagi bakal datang

membawa luka-lukanya pada bulan

sedang bawakaraeng memendam dendam

dan sungai jeneberang menahan tangisnya

batas tangan harus kerja belum jelas

dan irama kehidupan selalu pamit untuk berlalu

sebelum ajal memperdaya di tahap berikut

kita pun belum melakukan apa-apa.


DIBENAMKAN MATAHARI

dibenamkan matahari dalam matanya

dibawanya tidur dan bermimpi

belati jadi punya arti

siapa yang berlari akan tersandung pada mega

diam kini tak punya arti

sepi kini juga undangan

karena matahari tersayat di punggung

tak bisa lepas dari perangkap dan siasat

yang tersebar di lorong-lorong nadi.


AIR MATA IBU PERTIWI

mendung itu masih juga bertengger

menutupi negeriku sedih penuh duka

air mata ibu pertiwi

menetes sertai segala

kehilangan demi kehilangan

atas cinta yang dulu beku

mengapa mendung belum juga berlalu

sementara air mata belum juga kering

mengapa kita mesti kehilangan

dan cinta selalu ternodai.


MENCARI

selalu ada yang luput dari genggaman

menghilang meninggalkan kecewa

cinta merindu sepanjang hari

lalu kita mencari-cari

setiap lorong-lorong

jalan dan gunung kutelusuri

mencari sepotong cinta yang hilang

di mana kau di mana

duhai kekasih

di mana kau di mana

duhai kekasih

ada ombak dan karang kutanya-tanya

menyelami sepotong cinta yang hilang

di mana kau di mana

duhai kekasih

di mana kau di mana

duhai kekasih

ke awang-awang kutanyakan

sambil menggapai-gapai

sepotong cinya yang hilang

di mana kau di mana

duhai kekasih

di mana kau di mana

duhai kekasih.


DI BUKIT SEPI

di bukit sepi dan gersang

sebuah gubuk dengan tunggu bara

membakar jiwa-jiwa jadi kerja

menjadi cinta dan air mata

besi dan baja ditempa dilumatkan

dalam semangat hidup yang kobar

habis siang, habis malam

sang waktu tumpah dalam cakrawala

lelaki, istri, dan anaknya

berpeluk dalam lingkar kehidupan

yang tak pasti ujung dan akhirnya

mereka hanya tahu hari bakal senja.


NYANYIAN ORANG HILANG

di manakah rimbamu kini

yang menyesatkan dirimu

hingga kau hilang bersama bayangan

hingga kau hilang bersama bayangan

semua lorong kutelusuri

dan kukitari bersama rinduku

di manakah kau di mana

di manakah kau di mana.


AMARAH

ada api yang membakar-bakar

itu bukan lagi soal

karena dada dan otakku sudah lama hangus

oleh panasnya derita dan khianat

di mana-mana orang merusak toko dan bangunan

itu bukan lagi soal

hidupku sudah lama morat-marit oleh pembangunan

yang tak terencana

dan sekarang aku tidur di jalan yang panjang

siapa yang peduli pada amarahku, siapa

yang dulu kobar-kobarkan untuk sebuah mimpi

lalu aku padamkan sendiri dengan kecewa

dan kalian membuangnya pada tong-tong sampah

di depan rumahku

siapa yang peduli pada nasibku, siapa

yang berjuang habis-habisan untuk kehidupan

agar bisa berbagi cinta dan kasih sayang

tapi kalian meludahinya seperti bangkai.


ADA BINTANG

ada bintang di langit

jadi mimpi kala tidur

ada bintang di bumi

jadi mainan kanak-kanak

dikejar dia lari lalu jatuh

di pangkuan bunda

bermimpi menjadi bintang di langit

susah hati kala bangun

menjadi bintang di bumi

bunda luluhkan air mata