Sabtu, 31 Desember 2011

MASYARAKAT TIONGHOA MAKASSAR

BANTU MESJID CHENG HO


Masyarakat Tionghoa Makassar multi agama secara spontan membantu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang sedang merencanakan pembangunan Mesjid Cheng Ho. Pengumpulan dana itu di lakukan sebara spontan dalam acara Tutup dan Sambut tahun Baru 2011/ 2012 dan Ulang Tahun Perkawinan ke 32 tahun Ir Arwan Tjahjadi dan Fientje di Restoran Hotel Losari Beach.

Acara yang digelar 28-12 malam tersebut berlangsung sederhana dan dihadiri sejumlah tokoh masyarakat Tionghoa di Makassar. Disela-sela acara inti kegiatan tersebut Arwan Tjahjadi memperkenalkan tamu-tamunya yang hadir satu persatu, dan di antara mereka turut hadir sejumlah pengurus PITI. Pada akhir perkenalan Arwan mengundang Ketua DPW PITI Sulsel Drs. Sulaiman Gosalam, M.Si. dan Ketua Pembangunan Mesjid Cheng Ho H. Suhardi, SE. ke atas pentas. Arwan kemudian memberikan penjelasan kepada kawan-kawannya betapa pentingnya arti masjid Cheng Ho bagi masyarakat Tionghoa di Kota Makassar dan daerah ini.

Menurut Arwan, “Mesjid Cheng Ho tidak hanya bermanfaat bagi warga PITI, akan tetapi masjid yang dibangun dengan arsitektur Tiongkok itu akan mengubah citra masyarakat Tionghoa yang selama ini masih negatif dalam pikiran banyak orang di daerah ini. Sehingga pembangunan masjid ini perlu dibantu secara bergotong royong oleh masyarakat Tionghoa.”.

Malam itu terkumpul secara spontan uang tunai sebanyak Rp. 38 Juta sementara sejumlah tamu lainnya langsung mengirim melalu transfer langsung ke rekening panitia yang diedarkan malam itu. Dalam daftar nama penyumbang panitia tercatat nama-nama antara lain; Henry Karlam, Kuandi Jita, Ronni Japasal, Hendra Witanto, Phie Benny, Ricky, dan WALUBI Sulsel.

Pada malam itu terjalin kerja sama antara PITI Sulsel dengan Bank Hasamitra yang akan membantu mengkoordinir penggalangan dana pembangunan masjid Cheng Ho melalui Arisan Tabungan Umat. Arisan ini akan mengumpulkan peserta sebanyak 250 orang dan akan berlangsung selama 3 tahun. Pada akhir arisan nanti peserta akan mendapatkan uangnya kembali sejumlah yang telah ia tabung. Untuk mencukupkan jumlah anggota arisan pengurus piti mengharapkan kesediaan masyarakat Kota Makassar untuk turut serta menabung sambil beramal. Demikian himbau Arwan Tjahjadi dan Pengurus PITI Sulsel.

Seksi Publikasi dan Humas: SHAIFUDDIN BAHRUM

Selasa, 27 Desember 2011

SERASEHAN NASIONAL
KEBUDAYAAN TIONGHOA INDONESIA
Makassar 21-22 JANUARI 2011

Latar Belakang

  • Dewasa ini pemerintah Republik Indonesia sedang giat-giatnya menyusun suatu draf strategi Pembentukan karakter bangsa yang berbasis pada keberagaman budaya bangsa yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang dapat dikembangkan menjadi bahan pembentuk karakter bangsa. Namun sayangnya dalam strategi tersebut kebudayaan etnik Tionghoa yang sudah berbaur dengan kebudayaan Indonesia (peranakan) belum mendapat kajian yang jelas.
  • Di sisi lain pembangunan kebudayaan Indonesia yang merupakan susunan yang terbangun dari nilai-nilai luhur kebudayaan suku bangsa di Indonesia. Masalahnya apakah kebudayaan Tionghoa Indonesia juga diperhitungkan sebagai suatu unsur dalam pembangunan kebudayaan nasional?
  • Tahun 2013 akan diselenggarakan Kongres Kebudayaan Nasional. Maka kebudayaan Tionghoa-Indonesia perlu pula mendapat ruang dalam kongres tersebut.

Tujuan:

  • Memberikan konstribusi nilai-nilai luhur kebudayaan Tionghoa-Indonesia dalam pembentukan Karakter Bangsa.
  • Memberikan kontribusi dalam pembangunan kebudayaan nasional
  • Melahirkan bahan-bahan permasalahan kebudayaan Tionghoa-Indonesia yang akan diusulkan kepada Badan Pekerja Kongres Kebudayaan Nasional 2013.

Sifat Kegiatan

Serasehan Budaya Tingkat Nasional

Waktu dan Tempat

- Waktu Pelaksanaan : 21 -22 Januari 2012

- Tempat Pelaksanaan : di Trans Studio, Makassar

Tema:

“MENGGALI NILAI BUDAYA TIONGHOA-INDONESIA DAN SUMBANGSINYA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN INDONESIA”

Pelaksana:

PANITIA IMLEK MAKASSAR DAN

LEMBAGA KERJASAMA EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA INDONESIA-CHINA MAKASSAR

Pembicara:

- Para Peneliti Kebudayaan Tionghoa di Indonesia

Peserta:

Dapat mendaftarkan diri ke Panitia SERASEHAN NASIONAL KEBUDAYAAN TIONGHOA-INDONESIA

Melalui Nomor Telpn: 081334741321

Email : baruga2004@yahoo.com

Bagi Peserta dari luar Kota Makassar yang membutuhkan penginapan (Hotel) panitia dapat membantu mencarikannya.

Batas Pendaftaran Peserta tanggal 18 Januari 2012.




Jumat, 09 Desember 2011

BECAK

Hampir semua kota-kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, masih dapat ditemukan kendaraan tradisional yang digerakkan oleh tenaga manusia yang bernama becak. Namun Kendaraan ini kian hari kian terpinggirkan dan kini beroperasi dipinggiran-pinggiran kota. Bahkan kota Jakarta sudah menghapus becak sebagai alat transportasi. Kondisi ini menimpa becak lantara di kota-kota besar sudah kian dipadati dengan kendaran modern yang menggunakan mesin yang memacu alat tranformasi itu menjadi semakin laju, seperti motor, mobil, dan kereta api.

Becak yang digerakkan dengan tenaga manusia menjadi sangat lambat, meskipun pada era awal abad ke 20 becak telah menjadi alat transportasi yang cukup populer dalam masyarakat karena masih bersaing dengan kuda, ataupun dokar (bendi). Bahkan pada masa pemerintahan Kolonial kendaraan ini merupakan alat angkut masyarakat umum, sementara masyarakat kelas atas menggunakan motor dan mobil-mobil Eropa yang masih sangat terbatas jumlahnya. Sementara kalangan bangsawan local menggunakan kendaraan dokar atau bendi untuk pergi kemana-mana.

Kata “becak” yang berasal dari bahasa Hokkian (China) yakni ‘be chia’ yang berarti kereta kuda adalah kendaraan yang berbentuk segi empat dengan disanggah oleh tiga buah roda (ban). Dalam pesebarannya di Indonesia becak memiliki bentuk yang sangat bervariasi di banyak kota. Meskipun demikian becak dibuat untuk mengangkut dua orang penumpang dan seorang pengemudi.

Becak yang juga dapat ditemukan di luar Indonesia pada prinsipnya sama saja yang ada di Indonesia meskipun bentuknya yang berbeda. Selain di Indonesia beberapa Negara Asia juga memiliki becak seperti China, Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, Myanmar, Banglades, India dan lain-lain sebagainya.

Untuk mengabadikan becak sebagai alat trasnportasi tradisional yang bernah ada di beberapa kota di Indonesia ataupun di beberapa berapa negara di Asia maka kami merasa perlu untuk membuat sebuah Museum Becak yang akan mengumpulkan dan memaparkan sejarah perlkembembangan becak di beberapa kota di Indonesia.

BECAK INDONESIA

Di Indonesia becak dapat ditemukan di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogjakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Ambon, dan lain-lain sebagainya. Masing-masing kota memiliki bentuk yang bervariasi. Sehingga bentuk becak tersebut merupakan suatu kreatifas anak bangsa Indonesia dan menjadikannya salah satu kakayaan budaya bangsa masa lalu.

Badan becak pada umumnya dibuat dari bahan besi sebagai rangkanya dan bagian-bagian tertentu menggunakan papan dan balok yang sudah diketam rapi. Becak pada umumnya diproduksi dibengkel-bengkel tukang besi yang berada di kota tempat becak beroperasi. Biasanya bengkel tersebut akan menjadi pabrib becak.

Bentuk becak di Jawa berbeda dengan bentuk becak yang ada di Makassar dan Medan. Becak yang ada di Jawa menempatkan ruang penumpangnya di depan dengan disanggah oleh dua buah roda. Sementara pengemudinya berada di belakang dengan satu ban yang dilengkapi dengan pedal alat gayung yang dihubungkan dengan rantai dan gir yang menggerakkan rodanya. Roda belakang inilah yang kemudian mendorong ruang penumpang ke depan. Selain itu juga di dekat dudukan pengemudi juga terdapat tungkai rem yang berhubungan dengan pelep ban yang dapat menghentikan perputaran roda tersebut dan menghentikan becak dari laju pergerakannya.

Ruang penumpang becak Jawa dibuat khusus untuk dua orang dan masih terasa longgar untuk ukuran tubuh orang Jawa yang berukuran sedang (tidak gemuk). Ruang ini terbuka ke depan tanpa adanya penghalang. Untuk kenyamanan penumpang ruang ini dilengkapi dengan tempat duduk (jok) dan sandarannya yang dibuat lembut dari sabuk kelapa dan karet busa lalu ditutupi karpet plastic. Di bagian atas dibuat tenda dengan rangka besi lalu diberi penutup pelastik. Pada saat-saat tertentu jika matahari tidak terik atau tidak hujan tenda penutup ini dapat dilipat ke belakang. Jika hujan tenda penutup atas itu dibentang dan bagian samping, depan dan belakang diberi penutup pelastik. Sementara untuk pengemudinya akan menyenakan jas hujan (mantel) pelastik atau menggunakan topi lebar (caping) seperti yang digunakan petani diladang atau di sawah.

Antara ruang penumpang dan tempat pengemudi menggayung dan mengemudikan arak laju becak terdapat rangka besi yang besar yang dihubungkan dengan sebuah ensel putar yeng terletak di bawah dudukan penumpang. Ensel putar ini membuat badan becak dapat pergerak membelok ke kanan dan ke kiri. Kemudi becak berada dibagian belakang ruang penumpang tepat di bagian belakang sandaran. Sehingga pengemudi akan berpegangan di belakang sandaran ruang penumpang atau sesekali di bagian atas tenda jika sedang terpasang.

Becak Makassar memiliki bentuk dan ukuran yang agak berbeda sekalipun prinsip dasar dan struktur mekaniknya sama. Becak Makassar memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada becak Jawa. Perbedaan lainnya adalah bentuknya yang lebih mengerupai kotak dengan sudut-sudut persegi yang tajam. Berbeda dengan becak Jawa yang sudut sudutnya lebih terbuka dan cendrung membulat. Pada bagian depan becak Makassar memilih papan pemisah dengan bagian luar becak meskipun agak rendah sementara becak Jawa lebih terbuka di bagian depannya.

Becak Medan (Sumatera) lebih ektrim perbedaannya dibanding dengan becak Jawa dan Makassar (Sulawesi). Becak Medan menggunakan sepeda gayung sebagai penggeraknya. Sepeda yang utuh tersebut ditempelkan dengan las atau baut secara semi permanen dengan ruang penumpang yang terletak di samping kirinya. Sepeda yang ditempelkan adalah sepeda besar (ontel) yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan untuk digunakan keperluan lain.

Pengemudi becak Medan berada di samping kanan dan sedikit lebih di depan dari ruang penumpang dan arah laju becak dikendalikan pada kemudi sepeda. Remnyapun menggunakan rem yang ada pada kemudi sepeda sepeda.

Ruang penumpang ini memiliki sebuah ban disebelah kiri dan di kanan mengandalkan ban belakang milik sepeda. Untuk kenyamanan penumpang tempat duduknya dibuat dari bahan empuk dan lembut.