Kamis, 11 Desember 2014

Keong Mas: Bojo Galung di Tanah Bugis



Yah... benar namanya Bojo Galung begitulah nenek saya menyebutnya kalau dia menyajikan dimeja makan kami di kampung di Rappang (Suri BartenNasru Alam AzizKamsinah Darwis). Kemarin di daerah persawahan Kabupaten Purwakarta Jawa barat, saya memumunguti binatang ini di daerah persawahan yang sudah mulai berair, meskipun petaninya belum sempat menggarapnya. Satu kantong plastik kecil saya bawa pulang ke rumah (ke Cileduq) lalu saya masak sendiri setelah membersihkannya dari lumut dan lumpur yang melekat pada cangkangnya dengan sikat. lalu Bojo Galung ini saya rebus dengan dengan air lalu diberi garam, sereh, dan sedikit jahe. Mak jadilah menu makan malam yang nikmat... terkenang pula kampung haman yang jauh......... Bojo Galung jika diterjemahkan maka namanya Keong Sawah. Kata bojo tidak ditekan pada akhirnya berebeda dengan nama kampung di selah selatan kab. Barru yang dikenal dengan nama Bojoq (Nara Nasrullah). Tetapi secara nasional keong ini dikenal sebagai Keong Emas lantaran cangkangnya berwarna kuning emas dan nama latinnya Pila ampullaceae Golongan molusca (Abby Onety). Di daerah selatan Makassar (orang Makassar) menyebutnya dengan siso, suso cuco, cico, cusyo, ada juga yang menyebutnya Bokkeng (Asnawin Aminuddin, Suharman Musa, Lily Thamzil ThahirNona Bungko) ada juga yang menyebutnya kappang (Syahril Rani). Bojo Galung berbeda dengan bojo aleq (Maryam Andi). Bojo Galung hidupnya di air sementara bojo aleq hidup di darat di tempat tempat yang lembab. Mungkin bojo aleq inilah yang disebut "bojo tattana" kerang yang hidup di atas tanah (Muhary Wahyu Nurba). Bojo Aleq ini dikenal dalam bahasa Indonesia (Jawa) dengan sebutan "bekicot" (Madjid Alwi SukmaAndi Farah Debra). Bojo Aleq tidak banyak yang mengkonsumsinya karena dipercaya mengandung racun. tetapi beberapa suku bangsa di tanah air bisa mengilahnya menjadi bahan makanan tetapi terlebih dahulu menolaknya dengan mengeluarkan zat beracun dari tubuh lunak bekicot. Waktu masih kecil dan masih sering ke rumah nenek di kampung, saya sering mengkonsumsinya, karena nenek/ kakek jika pulang jika pulang dari sawah serin membawa keong mas ini pulang ke rumah. karena memang keong ini termasuk binatang parasit (hama) bagi padi-padi disawah (Suharman Musa) Tetapi di Makassar saya jarang menemukannya di jual di pasar (Daeng Mamat). Kecuali kalau kita sedikit keluar kota misalnya di Maros atau ke Sungguminasa (Gowa). Mungkin juga dapat ditemukan di daerah Tallaq Salapang di depan Pom Bensin. Di sana banyak penjual ikan air tawar yang berasal dari danau, rawa atau persawahan tempat keong emas ini juga biasa hidup. Makanan ini memang enak,...(Suri Barten), bahkan ada yang mengatakan manakan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (Lily Thamzil Thahir) dan kolesterol. Yah... memang harus berhati-hati memakannya (Arwan Tjahjadi). Dan benar juga.... Mungkin karena lama baru mengkonsumsinya lagi sehingga setelah saya jadikan menu santap malam satu mangkuk (kurang lebih 30 ekor) maka pada subuh harinya saya mencret 3-5 kali hingga pagi hari. Untung saja tidak sampai berlanjut dan siang harinya meski terasa lemas tetapi saya tetap merasa sehat saja..... Alhamdulillah.

Sabtu, 12 April 2014

TELADAN BOLEH TIDAK BOLEH ANJING SETIA PAK BROTO

(Berdasarkan Kisah Nyata)

Oleh: Shaifuddin Bahrum


Pak Broto adalah warga di salah satu perumahan mewah di daerah Pluit, Jakarta. Sebagai seorang pengusaha yang sukses ia selalu ingin menjaga kebugaran tubuhnya agar bisa beraktifitas dengan baik dan memimpin perusahaan miliknya yang telah ia bangun sejak 30 tahun yang lalu. Sehingga dalam usia 56 tahun ia menantiasa melakukan olahraga ringan seperti jogging, senam, ataupun berenang. sesekali ia bermain golf bersama rekan bisnisnya di berbagai lapangan rumput di seputar Jakarta ataupun di luar kota.
Jogging adalah olah raga ringan yang setiap hari ia lakukan secara rutin 2-3 jam setiap pagi. Jika ummat Islam sedang shalat subuh di mesjid sekitar pukul 05.00 maka diapun sudah keluar rumah tentu dengan pakaian olahraga lengkap dengan sepatu ketsnya. Ia akan kembali ketika matahari terbit dan mulai meninggi sekitar pukul 08.00.
Tak lupa pak Broto akan memegangi tali tuntun anjing Siberian Huskynya yang diberinya nama Rocky. Anjing piaraan kesayangan keluarganya itu sudah bersama mereka sejak dua tahun lalu, sejak anjing ini masih berusia 1 tahun. Bukan Pak Broto saja yang menyayangi anjing piaraan yang moyangnya berasal dari Siberia dan berkembang biak di Alaska ini tetapi ibu Melani pun sangat menyayanginya. Demikian juga ketika kedua anaknya masih berada dirumah itu sebelum mereka berkeluarga. Sehingga istrinya menyarankan agar Pak Broto sekalian membawa si Rocky untuk berjalan-jalan agar tubuh si Rocky pun akan bertumbuh dengan sehat. Karena jenis anjing ini sesungguhnya adalah anjing pemburu yang terpaksa harus dimanjakan dan dipelihara di rumah. Sehingga dengan mengikutkan si Rocky berjogging pak Broto tidak perlu lagi menyewa seorang pelatih anjing untuk melatih berolahraga membentuk otot-otot dasar si Rocky.
Tentu saja dengan demikian setiap Pak Broto jalan pagi ia pasti tidak sendiri karena ia ditemani oleh Rocky anjingnya. Si anjing pun dengan setia akan menemani tuannya. Bahkan jika pak Broto terlambat bangun pada subuh hari pastilah si Rocky akan membangunkannya dengan mengetuk-ngetuk pintu tuannya dengan kedua kaki depannya atau menggonggong di depan kamar sampai tuannya bangun.
Ketika Pak Broto kembali dari jalan pagi Ibu Melan pasti sudah menunggu di ruang makan dengan hidangan sarapan di atas meja makan yang cukup lebar, lengkap dengan beberapa vitamin dan minuman suplement.
Aktifitas jalan pagi ini sudah dilakukan Pak Broto sejak beberapa tahun lalu kecuali jika pak Broto keluar kota maka dengan terpaksa Rocky tak bisa kemana-mana atau paling tidak hanya dibawa berjalan-jalan disekitar rumah saja oleh si Ujang petugas pembersih halaman rumah dan tanaman.
Meskipun Pak Broto sudah menjaga kesehatannya dengan baik namun akibat kerja keras dan tekanan bisnisnya yang selalu tinggi kesehatan pak Broto suatu ketika anjlok juga. Suatu hari ia terserang stroke yang mengkibarkan sebagian tubuhnya menjadi lumpuh. Alat bicaranya menjadi kaku tak bisa bisara dan dia hanya bisa duduk di kursi roda tak berdaya. Ia harus di rawat beberapa hari bahkan beberapa minggu di Rumah Sakit.
Sekali pun dokter mengatakan bahwa pak Broto akan pulih, tetapi itu akan memakan waktu yang cukup lama dengan menjalani serangkaian terapi khusus.
Kesetiaan dan kesabaran Ibu Melani sebagai istri teruji dalam kondisi seperti ini. Dengan sabar dan tekun Melani melayani suaminya yang tak berdaya, mengurusi makan, minum, memberinya obat secara teratur, mengganti pakaiannya, dan membawanya untuk terapi di rumah sakit secara teratur. Meskipun ibu Melani harus dibantu oleh seorang suster yang ia bayar dengan mahal, tentunya, tetapi semuanya harus dalam pengawasannya sebagai istri yang mencintai suaminya.
Dalam kondisi demikian si Rocky anjing kesayangan keluarga kehilangan perhatian dari tuanya. Ia terpaksa harus dilayani secara standar saja oleh pembantu rumah. Melihat hal itu ibu Melani merasa ibah juga terhadap anjingnya itu. Sehingga suatu subuh ibu Melani berinisiatif membawa Rocky berjalan-jalan ketika suaminya masih lelap tertidur. Rocky pun menyambut tuan putrinya yang sudah memegangi tali tuntunnya.
Masih gelap Melani sudah berjalan dengan pakaian olah raga dan sepatu ketsnya menyusuri jalan kompleks perumahan mewah tempat tinggalnya. Sang anjing yang sudah merindukan suasana itu justru berlari lebih kencang dibanding tuannya. Sesekali Melani ngomong pada Rocky agar tidak berlari terlalu cepat dan menariknya.
Namun ketika melewati beberapa blok dari rumahnya si Rocky tiba-tiba membelok dengan sendirinya justru menuntun tuan putrinya melewati jalan tersebut. Setelah melewati beberapa rumah di blok itu Rocky justru membelok memasuki halaman sebuah rumah. Melani tak kuasa menahan ajakan Rocky yang langsung menuju pintu rumah tersebut dan mengetuk-ngetuk rumah tersebut dengan kedua kaki depannya sambil menggonggong.
Tak menunggu lama pintu tiba-tiba terbuka. Seorang perempuan muda dengan masih mengenakan daster yang membuka pintu.
"Hei... Rocky..... Lama sekali kamu baru muncul, yah....." kata perempuan itu ketika Rocky disambut sambil berjongkok dan Rocky menciuminya.
Melihat tingkah anjing dan sambutan si perempuan Meleni jadi terheran-heran. terlebih lagi ketika perempuan itu bertanya...?
"Pak Broto, mana yah.....?" tanya perempuan pemilik rumah.
"Anda ini siapa, yah.....?" Tanya Ibu Melani...
"Ibu siapa....?" Perempuan itu balik bertanya.
"Saya istrinya pak Broto.....?" jawab Melani ketus. Perempuan itu tiba-tiba tampak gugup terlebih lagi ketika Melani mengulangi pertanyaannya.
"Kamu siapanya Pak Broto....?:" Tanya balik Melani.
"Oooo....Bu..bukan...siapa-siapanya...." Jawab perempuan muda itu gugup.
"Jadi pak Broto dan Rocky, sudah sering ke sini.....?" Nada suara Melani sudah kian meninggi sehingga tetangga lainnya sudah mulai mengintip dari balik jendela. Beberapa orang pejalan kaki memperlambat langkahnya.
"Setiap pagi, pak Broto mampir ke sini...." Kata perempuan itu terbata-bata.
"Oh begitu....? Jadi kamu ini perempuan simpanannya Pak Broto yah....." Bentak Melani lebih kencang.
"Bukan begitu bu.... kami cuma ngobrol dan sarapan bersama....?" jawabnya
"Perempuan apa yang menerima tamu laki-laki di pagi buta seperti ini....? Kamu pasti ada apa-apanya dengan suami saya. Mana suami kamu....?" Bentak Melani penuh emosi...... Pembantu rumah perempuan itu tidak ada yang berani muncul ke ruang tamu, hanya berlindung di ruang tengah.
"Maaf bu... suami saya sudah mati..."
"Oooooh... kamu janda yah..... dasar janda genit..." Bentak Melani sekali lagi.
Tanpa menuntaskan emosinya Ibu Melani menarik tali leher si Rocky dan berjalan pulang. Air matanya mengalir jatuh ke jalan, dan berkali-kali disekanya dengan sebuah handuk kecil yang bergantung di lehernya. Di kepalanya sedang bermain sejuta dugaan.
Setibanya di rumah ia segera menyerahkan tali tuntun anjingnya pada petugas halamannya. Dengan langkah cepat ia masuk ke rumah dan bergegas ke ruang tengah... Di ruang makan ia menemui pak Broto di kursi rodanya tak memberi respon. Pak Broto sedang diurusi oleh susternya yang menyiapkan roti sarapannya.
Ibu Melani berdiri tegap di sisi meja makan tepat di depan suaminya. Pirin dihadapannya di banting ke lantai hingga pecah lalu ia mulai mengoceh tentang perempuan berdaster yang ia temui baru saja sambil tangannya menuding-nuding dihadapan pak Broto penuh emosi. Tudinga mulai gencarkan pada pak Broto, Ia menuding pak Broto telah menipunya menemui perempuan lain dengan alasan jalan pagi, Ia menuduh pak Broto telah berselingkuh dengan seorang janda muda, Ia menyatakan kekecewaannya karena menganggap suaminya selama ini sebagai suami yang setia.
Melani marah sejadi-jadinya pada pak Broto yang tak berdaya....
Pagi terasa terbakar hari itu... Tapi pak Broto tak bisa berkata apa-apa, tak bisa berbuat apa-apa, hanya separuh badannya terlihat gemetaran, raut wajahnya yang berubah miring sejak stroke mengukir rasa sedih dan menderita, matanya dibanjiri oleh air yang tak terbendung.
Melani menangis, tak tahu apa yang harus dilakukannya terhadap pak Broto.
ia tak tahu akan ia apakan suaminya, kecuali hanya menangis penuh kecewa....

Cileduq, 12-04-14

TELADAN BOLEH TIDAK BOLEH SUAMI TERCINTA

(Berdasar Kisah Nyata)

Oleh: Shaifuddin Bahrum


Ini kisah beberapa tahun silam.
Pak Arif Rahmat (58 tahun/ bukan nama sebenarnya) dinyatakan oleh dokter yang merawatnya beberapa jam lalu telah meninggal dunia akibat serangan jantung di RS. Ciptomangunkusumo Jakarta. Serangan jantung tersebut datang saat ia menjalankan aktifitasnya di ruang kerjanya digedung DPRD. Selama sepuluh tahun ia duduk sebagai anggota legislatif di sebuah daerah di Jawa Barat, daerah kelahirannya. Sebelumnya ia adalah seorang pengusaha yang cukup sukses membangun perusahannya selama bertahun-tahun. Ketika ia terpilih sebagai anggota DPRD ia pun menyerahkan perusahaan itu kepada direktur profesional untuk memimpin perusahaannya.
Pak Arif adalah seorang ayah yang dicintai istri dan 3 orang anaknya yang sedang tumbuh karena ia pun selalu menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang itu pada keluarganya. Sebagaimana pun sibuknya sebagai anggota DPRD ia tak pernah lalai memberikan perhatian pada istri dan anak-anaknya. Setiap pukul 08.00 pagi ia meninggalkan rumah menuju kantornya dan setiap pukul 06.00 ia sudah berada di rumah, dan memimpin keluarganya shalat berjamaah.
Waktu-waktu libur pun ia selalu mengisi waktunya untuk jalan-jalan bersama keluarganya. Kadang ia keluar kota kadang pula ia menghabiskan waktunya di mall-mall atau makan bersama di restoran tertentu.
Sebagai seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab ia memenuhi segala kebutuhan keluarganyanya. Tiga orang anak ia sekolahkan di sekolah yang baik meskipun ia membayar sedikit mahal. Anah tertuanya yang laki-laki sudah di kelas 3 SMA dan sedang bersiap-siap untuk ujian dan tes masuk perguruan tinggi, anak keduanya seorang putri remaja yang duduk dikelas 1 SMA, dan putri bungsunya duduk di kelas 2 SMP.
Berita yang disampaikan dokter tentang kematian sang suami dan ayah tercinta tentu sangat mengguncang perasaan keluarganya. Istrinya jatuh pingsan sangat mendengar berita yang sangat tiba-tiba itu, ia tak kuasa menerima perpisahaan yang begitu tiba-tiba setelah sekian puluh tahun keduanya hidup saling mencintai, demikian juga anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan seorang figur seorang ayah kini merasa sangat kehilangan.
Bukan hanya keluarga pak Arif yang tiba-tiba merasa kehilangan tetapi juga tetangga-tetangganya. Meskipun pak Arif termasuh orang yang super sibuk tetapi ia selalu meluangkan waktunya untuk bersilaturrahin dengan tetangganya meskipun hanya sebentar. Tak ajal lagi ketika berita kematian anggota legislatif ini diumumkan dan disebarkan melalui pembesar suara (mikrofone) mesjid dekat rumahnya maka warga dengan cepat berkumpul di rumah duka. Ketika mayatnya tiba di rumah masyarakat segera mengerubunginya sambil melantungan takbir, tahmid, tahlil, dan puja-puji ke hadirat Allah, sembari mendoakan almarhum.
Jenazah pun diletakkan ditempat yang sudah disiapkan sebelumnya oleh keluarga di ruang tengah. Bergantian keluarga, sanak famili, warga tetangga, dan teman-teman sekerjanya datang melayat dan membacakan doa dan menyampaikan ucapan belasungkawa dan duka cita yang dalam. Sang istri dan anak-anaknya tak pernah jauh dari sisi jenazah.
Geliran berikutnya seorang ibu berusia 40an tahun datang pula bersama tiga orang anak muda (semua mata yang memandang sudah mengira anak muda itu adalah putra-putri sang ibu). Ia masuk ke ruang tengah tempat jenazah dibaringkan. Istri pak Arif menyambut jabatannya ketika ibu itu memilih duduk disampingnya. Ibu itu duduk dengan tafakkur sambil berdoa meskipun matanya sudah sembab oleh air mata. Ketiga anak muda yang seusia anak-anak pak Arif itu pun ikut menangis tersedu-sedu tak tahan akan kesedihannya. Istri pak Arif bertanya-tanya dalam hati...."Siapa mereka ini....?". Ia tak pernah mengenalnya, mereka juga bukan dari kalangan keluaraga, tak pernah juga ia melihatnya sebagai kawan kerja pak Arif.
Setelah meredakan tangisnya sekali lagi ibu itu mengulurkan tangannya kepada istri pak Arif lalu keduanya berpelukan atas inisiatif sang ibu yang baru datang. Setelah mereka saling melepas, sang itu itu merogoh tas yang dibawanya. Ia ngeluarkan sebuah surat dari sana lalu diberinya pada istri pak Arif. Istri pak Arif membuka lembaran surat itu, format surat yang sudah ia kenal. Surat yang berbentuk buku kecil bersampul hijau tua itu adalah surat nikah pak Arif dan sang Ibu, anak-anak yang datang bersamanya adalah anak-anak pak Arif pula.
Memandangi surat nikah itu pandangan mata istri pak Arif jadi gelap, kepalanya terasa pusing berputar-putar, ia lalu jatuh pingsan jagi.
Keluarga yang menyaksikan peristiwa itu langsung menolong sang istri yang pingsan dan membawanya ke kamar. Keluarga yang lain membawa sang ibu ke ruang lain untuk di wawancarai. Lalu iapun bercerita.
"Kemi menikah kurang lebih 20 tahun yang lalu. Atas permintaan Bapak (pak Arif) saya rela menjadi istri tersembunyi dan merahasiakan pernikahan kami terhadap keluarganya. Anak-anakpun sepakat dengan perjanjian itu."
"Lalu kapan kalian sebagai keluarga bertemu?" tanya seorang keluarga.
"Setiap hari ketika jam istirahat kantor pak Arif selalu di rumah, dan ketika pulang ia pun menyempatkan mampir ke rumah meskipun hanya sejam saja. Setiap ia melakukan kunjungan keluar daerah atau reses saya dan anak-anak pasti ikut meskipun kami tidak jalan bersama. Begitulah selama dua puluh tahun saya menjalani kehidupan dengan beliau... Dan beliau telah menunjukkan kesetiaannya kepada keluarganya...." Tuturnya yang diselingi dengan isak tangis. Yang mendengarkan tuturan itu sebagian menjadi semakin kagum pada pak Arif tapi sebagian lagi melunturkan sebagian rasa hormatnya karena nilai negatif yang hadir dibenaknya.
Setelah meredakan tangisnya sang ibu menyambung lagi,...
"Anak-anaknya yang saya lahirkan ia perhatikan dengan baik dan membiayai semua pendidikannya......" katanya dan mata hadirin memandang ketiga anak yang mungkin seusia dengan anak-anak pak ARif yang dilahirkan oleh istri pertamanya.
"Dia lelaki yang bertanggung jawab dan setia....." kata ibu itu sebelum ia meninggalkan rumah duka. Ia sadar tak ingin mengganggu lebih lama suasana hikmad berduka di sana. Ia akan menghadiri upacara pemakaman dengan caranya sendiri yang tanpa mengganggu yang lain.

Cileduq, 11-04-14

Kamis, 09 Januari 2014

VAKSIN MININGITIS dan LEMAK BABI



Setiap mereka yang mau melakukan perjalanan keluar negeri tertentu di anjurkan atau bahkan diwajibkan untuk melakukan vaksinasi tertentu, tergantung keadaan negara yang bakan dikunjunginya. khusus mereka yang akan menunaikan ibadah Umrah dan Haji ketanah suci Mekkah (Saudi Arabiah), diwajibkan untuk melakukan vaksinasi Miningitis.
Pemberian vaksin ini untuk menghindari serangan virus atau bakteri yang menyebabkan radang pada membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang (baca di Wikipedia).
Mengingat pentingnya vaksinasi maka rombongan keluarga kami (saya dan istri, adik, ipar, dan ketiga anaknya, serta mama) yang akan berangkat menunaikan umrah mengikuti anjuran tersebut. Masalahnya kami tinggalnya terpisah sehingga kami hanya dipandu oleh sebuah brosur.
Karena adik saya sekeluarga menganggap vaksinasi ini sama saja seperti vaksinasi lainnya yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akhirnya memilih Rumah Sakit (swasta) Siloam di Kebun Jeruk Jakarta yang tak jauh dari rumahnya. Kebetulan di rumah sakit tersebut memang menyediakan vaksinasi itu dan bersedia melakukannya. Pada hal beberapa rumah sakit lainnya tidak tersedia pelayanan vaksinasi minimitis, kecuali di Rumah Sakit Pemerintah yang biasanya terdekat dari bandara atau pelabuhan.
Masalahnya baru muntul ketika hasil vaksinasi itu kami tunjukkan ke travel yang akan memberangkatkan kami. Bukti vaksin itu tidak diterima yang dibutuhkan adalah bukti vaksin yang memang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sementara adik saya hanya memiliki bukti vaksin dari rumah sakit.
Akhir saya dan istri saya yang akan vaksin di Rumah Sakit Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta, mencoba mendapatkan kartu bukti vaksi yang berwarna kuning itu. Dari sanalah baru kami mendapat keterangan bahwa ternyata vaksinasi ini memang hanya dilakukan oleh rumah sakit tertentu saja yang direkomendasi oleh Kementerian Kesehatan RI. Sehingga untuk mendapatkan kartu yang dibutuhkan pihak RS Bandara meminta Surat Keterangan Bermaterai dari pihak RS. Siloam, yang menyatakan benar mereka telah melakukannya dan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Selain itu Pihak RS Bandara juga meminta bukti fisik dari vaksin yang diberikan berupa botol atau kardus pembungkus cairan vaksi. (Wah... itulah masalahnya karena pelaksanaan vaksinasi ini sudah terjadi beberapa hari lalu dan pihak RS Siloam tidak mengharapkan masalah ini terjadi dan sudah membuang bukti fisik tersebut, kecuali telah mengambil label vaksin yang ada pada botol dan menempelkannya ke kartu bukti vaksin yang dikeluarkan RS Siloam. Semula pihak RS. Bandara tidak mau menerima, tetapi akhirnya mau juga karena sudah melihat kami bolak balik anatara RS. Siloam Kebun Jeruk dan RS. Bandara di Cengkareng yang jaraknya sangat jauh itu.
Yang membuat saya sangat kaget adalah bahwa jenis vaksin yang diberikan kepada keluarga adik saya itu ternyata adalah vaksin yang telah dinyatakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Karena mengandung lemak babi. yakni MENCEVAX ACYW 135,... Subhanallah.....
Ketika hal ini saya sampaikan ke adik saya, dia hanya berucap "Astagfirullah.... yah... Lillahi Taala sajalah......."
Sungguh tega mereka melakukan itu..........

Cileduk, 09-01-14

SEBUAH NEGERI YANG SALAH URUS

KITA BUKAN LAGI BANGSA BODOH


Betapa naifnya jika pemerintah kita menganggap rakyatnya adalah orang2 yang bodoh tak pernah belajar dan tak mengerti apa-apa. Hal ini terlihat ketika Presiden RI SBY memberikan penjelasan mengenai naiknya harga bahan bakar gas yang melonjak tinggi. Bapak presiden menyatakan bahwa "Pemerintah tidak tahu hal itu. Kenaikan harga gas adalah kewenangan sepenuhnya PT. Pertamina..."
Pernyataan tersebut di atas tersimpan makna menghinakan masyarakat Indonesia secara luas. Di balik kalimat bapak pemimpin negara RI itu tersimpan satu kalimat panjang yang kesimpulannya bahwa "Rakyat Indonesia masih bodoh dan tidak tahu apa-apa dan bisa dibodoh-bodohi, bisa dibohongi...".
Rakyat Indonesia sepertinya dianggap tidak tahu bagaimana proses sebuah organisasi atau lembaga mengambil sebuah keputusan besar dan siapa saja yang mesti dilibatkan dalam proes itu. Pernyataan presiden tersebut sesungguhnya ingin cuci tangan dan menjadi pahlawan pada tahapan berikutnya. Pada hal masyarakat sudah tahu bahwa tidak mungkin Perusahaan Pertamina yang saham tunggalnya adalah pemerintah bertindak sendiri tanpa sepengetahuan pemilik saham.
Pernyataan presiden mengandung unsur pembohongan publik yang tinggi kepada rakyatnya.
Betapa teganya ia melakukan hal tersebut... Padahal di negara ini sudah puluhan juta rakyatnya yang berpendidikan tinggi dengan berbagai gelar. Tapi entah dengan alasan apa presiden masih menganggap rakyatnya bodoh dan tak mengerti apa-apa..
Memang malang nasib rakyat Indonesia.....

Tana Abang, 08-01-14