Esai Desember
TIKUS-TIKUS
“Tikus….” Menyebutkan nama binatang yang satu ini membuat banyak orang yang tiba-tiba merasa jijik, apa lagi jika membayangkan bagaimana cara hidup binatang ini yang selalu berada di tempat-tempat yang kumuh, kotor, dan bau. Selain itu sifat binatang ini pun kadang membuat kita resah dan dibuat kerepotan karena ulahnya. Tanah di halaman dilobangi untuk membuat sarang, pakaian di lemari di cabik-cabiknya lalu dijadikan alas dalam sarangnya, makanan kita dilahapnya, lalu buang air di sembarang tempat, bahkan ia menyebarkan jenis penyakit tertentu. Ah…..sungguh menjijikkan dan menjengkelkan.
Dalam banyak kebudayaan tikus dijadikan simbol-simbol tertentu. Dalam kebudayaan Tiongkok kuno tikus mendapat perhatian khusus. Tikus masuk salah satu dari sejumlah binatang dalam horoskop (perbintangan) ala Tiongkok. Ia berada sederet dengan Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi. Binatang-binatang ini mewakili 12 siklus tahunan.
Legenda tentang shio, tikus sudah dikenal sebagai binatang licik dan lincah. Sehingga ketika sang pencipta melakukan sayembara untuk memilih binatang yang akan dijadikan petanda waktu, maka tikus menggunakan akal liciknya. Masing-masing binatang disuruh berlomba menyeberangi sungai di suatu pagi, maka dengan licik tikus tidak membangunkan sahabatnya kucing yang suka tidur. Padahal kucinglah yang mengajak tikus ke acara lomba itu. Dengan licik pula tikus melompat di atas punggung binatang-binatang yang lebih besar seperti kerbau, kuda, kambing, dan lain-lain sebagainya, sehingga ia bisa tiba lebih dahulu diseberang. Sehingga sang tikus menjadi simbol pada bulan pertama dalam penanggalan Tiongkok.
Orang yang bershio tikus diramalkan sebagai orang yang selalu menunjukkan daya tarik dan usaha yang tidak kenal lelah. Mereka adalah orang-orang yang hangat dengan kepribadian yang penuh semangat, yang selalu ingin menghasilkan sesuatu. Hal ini sekaligus berarti bahwa ramalan shio tikus bersifat rakus akan kehidupan dan ingin memanfaatkan setiap kesempatan semaksimal mungkin. Para penyandang shio tikus adalah oportunis sejati yang hanya memikirkan kehidupan pada saat ini dan jarang merencanakan hari esok. (punyablog.blogspot.com).
Dalam catatan lontaraq orang Bugis, tikus menjadi simbol yang merusak suatu negeri. Misalnya jika tikus sebagai hama tanaman menyerang padi-padi masyarakat suatu kerajaan maka orang tua bijak mengatakan bahwa terjadi ketidakadilan dalam negeri. Dalam lontaraq ditulis bahwa; “apabila merajalela tikus dalam negeri maka penyebabnya ada pada hakim. Bila tikus makan dengan rakusnya maka pertanda ikut pula keluarga hakim memakan sogok. Jika tikus makan dengan mencabik makanannya, maka pertanda hakim memutuskan perkara dengan tidak adil. Jika tikus makan dengan cara melobangi itu pertanda hakim takut memutuskan perkara secara benar. Jika tikus memakan termasuk yang pahit-pahit maka itu pertanda hakin dengan sengaja melakukan kecurangan. (lontaraq Attoriolong).
Dalam era kekinian di negara kita (Indonesia), tikus dijadikan lambing bagi para koruptor, atau siapa saja yang merusak bangsa ini dari dalam karena memang sudah menjadi karakter tikus untuk merusak dan memakan apa saja untuk menggendutkan perutnya. Tidak perduli apakah makanan itu baik, bersih, kotor, keras, lunah, busuk, semuanya disantapnya. Kadang makanan itu disembunyikan dalam lemari toh ia bisa melibangi dinding lemari yang kuat dengan giginya yang hanya empat itu.
Memang sudah sudah sewajat jika banyak orang yang jijik terhadap tikus. Suatu waktu tikus harus dibasmi jika populasinya sudah terlalu banyak. Termasuk tikus-tikus yang berkeliaran di kantor-kantor negara di negeri ini. terutama tikus sejenis Gayus dan koloninya.