Sabtu, 21 April 2012
Sabtu, 14 April 2012
SINGKRITISME KEPERCAYAAN
MASYARAKAT TIONGHOA DI INDONESIA
Masyarakat Cina/Tionghoa di Makassar menganut system kepercayaan yang bermacam-macam. Mereka menganut agama yang telah disyahkan oleh Pemerintah RI yakni Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu. Meskipun pemerintah pernah juga mengesahkan Konghucu sebagai agama yang bias dianut oleh warga Indonesia khususnya oleh warga Tionghoa tapi kemudian dicabut.
Pada masa awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke Indonesia khususnya di Makassar, mereka pada umumnya menganut system kepercayaan (agama) Konghucu, sebagai mana kepercayaan masyarakat di Tiongkok. Sebagian kecil mereka yang dating sudah mengenal agama Islam yang sudah masuk ke China sejak kekuasaan Dinasti Tang (619-907) terutama di daerah Quanzhou (Hembing;2000: 47).
Dalam perjalanan kehidupan masyarakat Tionghoa di Nusantara mereka menyesuaikan diri dengan kebudayaan dimana mereka berada. Demikian halnya dengan sitem kepercayaan yang dianutnya.
Ketika Islam masuk ke Nusantara terutama dibeberapa kerajaan di Jawa(abad ke 15) orang-orang keturunanTionghoa pun yang hidup di beberapa daerah ikut memeluk agama Islam. Dari Sembilan wali (WaliSongo) yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dua diantaranya adalah keturunan Cina/Tionghoa. Mereka adalah Sunan Ngampel dan Sunan Bonang (Peter Carey: 1986; 16).
Warga Persatuan Tionghoa Muslim Indonesia (PITI) Sulsel,
dalam acara Buka puasa bersama di bulan Ramadhan.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Cina di perantauan dapat menunjukkan daya adaptasi yang tinggi dengan masyarakat dimana mereka berada.
Selainitu orang Cina/ Tionghoa juga menyesuaikan diri dengan system kepercayaan yang ada dalam masyarakat di mana mereka berada. Termasuk system kepercayaan tradisional yang bersifat animisme dan dinamisme. Mereka juga meyakini apa yang dianggap sacral oleh masyarakat-masyarakat local dan turut serta melakukan upacara-upacara ritual.
Ketika Indonesia dalam kekuasaan Pemerintah Belanda, bangsa Eropa ini tidak hanya melakukan dari sisi politik pemerintahan dan ekonomi akan tetapi mereka juga ikut menyebarkan agama Kristen di tanah jajahannya. Selain menyebarkan agama Kristen melalui jalur non formal dengan langsung bersentuhan di masyarakat, mereka pun mengajarkan agama Nasrani di sekolah-sekolah.
Sampai setelah kemerdekaan, sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan Kristen masih saja berlangsung di Indonesia termasuk di Makassar. Para Pastor-pastor dan Suster berkebangsaan Belanda masih bertahan tinggal di Indonesia dan membina mata pelajaran agama. Sampai kemudian pada saat pemerintah mengeluarkan peraturan tentang agama yang sah di Indonesia dengan menyebut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha, tanpa menyebut lagi Konghucu. Sehingga dengan peraturan tersebut dijadikan jalan bagi para menyebar agama Kristen dan Katolik untuk menggiring warga Tionghoa yang masih menganut agama Konghucu ke agama mereka.
BISSU, Angku Boe (alm) adalah bissu atau akrab dipanggil Baba Sanro, aktif melakukan ritual ala tradisi kepercayaan Bugis di Makassar.
Selain orang Tionghoa menganut agama Islam, Kristen, dan Katolik sebagian besar diantara mereka memilih untuk menganut agama Budha dan melakukan singkretisme dengan Konghucu dan Taoisme. Sehingga dalam rumah ibadah mereka (Klenteng) terdapat tiga system kepercayaan, dankepercayaan yang merekasebut Tri Dharma.
Namun demikian terdapat penganut agama Budha yang lebih menonjol dan menjadikan kepercayaan Konghucu dan Taoisme hanya sebagai tradisi saja. Penganut Budha yang seperti ini menunjukkan pengabdiannya yang lebih tinggi pada ajaran Budha. Dalam ajaran Budha yang dianut oleh masyarakat Tionghoa baik yang ada di negeri Tiongkok maupun yang ada di negeri rantau kebanyakan sudah mendapat pengaruh dari negeri China. Misalnya mereka menyembah Dewa Maitreya, Dewi Kwam Ing dan lain-lain sebagainya.
Melihat kenyataan-kenyatan system keberagamaan masyarakat Tionghoa tersebut menjadi fenomena yang menarik dalam system kepercayaan. Kenyataan tersebut menjadi menarik untuk didiskusikan sebagai sebuah fenomena keberagamaan untuk mengetahui konsep system kepercayaan yang ada dalam masyarakat Tionghoa.