Levi-Strauss dan Bank Century
Bagi mereka yang belajar filsafat, sosiologi, antropologi, linguistik, bahkan mereka yang menggeluti ilmu geologi, juga pasti akan mengenal nama Livi-Strauss. Nama lengkapnya Claude Levi-Strauss yang meninggal dunia di Paris akhir Oktober 2009 lalu dalam usia 100 tahun. Dia adalah tokoh yang melahirkan teori Strukturalisme, tanpa ada kaitannya dengan Levi-Strauss yang mengenalkan jenis tekstil jeans.
Pemikiran utama dalam Struktulisme Levi-Strauss adalah meletakkan manusia sebagai sesuatu yang tidak sepenuhnya otonom pada dirinya (sebagai subjek), tetapi ia terkait dengan berbagai unsur lainnya, baik unsur dalam (internal) maupun unsur lain di luar (external) dirinya. Dalam ilmu geologi ia menjelaskan permukaan bumi yang tampak rata atau berbukit terkait dengan unsur-unsur yang saling topang-menopang membuat lapisan-lapisan atau lempengan material di bawahnya.
Tampakan permukaan bumi tidak cukup dijelaskan apa yang ada di atas tanah tanpa melihat struktur yang terkait di bawahnya. Permukaan yang datar atau yang melengkung tentunya adalah pengaruh dari lapisan-lapisan bebatuan yang memiliki ketebalannya masing-masing. Jika terjadi gempa dan menimbulkan bencana dipermukaan bumi maka ahli geologi akan pula menjelaskan bagaimana lapisan-lapisan bumi itu bergerak dan dalam jangka waktu berapa lama gerakan-gerakan lapis bumi itu terjadi.
Menjelaskan sebuah bangun struktur menurut Levi-Strauss tidak hanya cukup menjelaskan bagian-bagian yang ada dalam bangunan itu, akan tetapi jauh lebih penting untuk menjelaskan kaitan-kaitan atau hubungan-hubungan antar bagian tersebut. Hanya dengan demikian maka dapat ditemukan kejelasan bagaimana pentingnya sebuah unsur dalam sebuah bangun struktur.
* * *
Sejak pertengahan 2009 yang lalu hingga bagian awal tahun 2010, masyarakat Indonesia asyik mengukuti perjalanan kasus build out (dana talangan) Bank Centuri yang diawali dengan episode Sang Penegak Hukum Antasari yang dipenjara karena kasus pembunuhan dan pertarungan antara “Cicak dan Buaya”. Bahkan dalam rating acara televisi penyiaran masalah ekonomi perbankan ini telah melampaui acara-acara menarik lainnya seperti sinetron atau acara hiburan yang memajang artis-artis tampan, cantik, dan seksi dengan pakaian agak terbuka. Tampaknya Kasus bank Century ini selain kita asyik mengikuti alur cerita yang kadang tidak linear, akan tetapi kita sering dijebak dengan ketegangan-ketegangan yang kadang berakhir dengan banyolan yang segar.
Tokoh-tokok seperti Anggodo, Susno Duaji, Sri Mulyani, Budiono, dan sederet nama lainnya menarik perhatian masyarakat Indonesia dan dunia. Tokoh-tokoh ini memainkan perannya masing-masing dengan sangat menarik. Lalu di sisi lain sejumlah anggota Pansus DPR RI juga memerankan carakter yang lain dengan peran masing-masing anggotanya yang sangat memukau penontonnya.
Melalui pengungkapan kasus Bank Century yang secara terbuka ini kita kemudian seolah-olah menyaksikan sebuah peta Indonesia yang compang camping dan tercarut marut. Baik dari sisi ekonomi, politik, dan hokum. Bahkan dari sisi budaya dan kemanusiaannya pun sudah luka parah.
Kasus bank Century dapat dipandang sebagai permukaan awal dari gejala gempa bumi yang diimsalkan oleh Strukturalism Levi-Strauss. Guncangan yang diakibatkan oleh buildout Bank Centuri ini tidak dapat dilepaskan dari sejumlah penjelasan dengan banyak unsur yang terkait dengan masalah tersebut. Bahkan kemudian kasus ini dapat menjelaskan bagaimana buruknya hubungan unsur-unsur dalam tata kenegaraan dan kebangsaan kita.
Ketika menyelami persoalan di atas maka muncul dipermukaan adalah ternyata semua hal di negeri bisa diatur dengan uang, dan bahkan ada orang-orang tertentu yang bisa merampok uang milik negara dengan sangat lihainya, banyak pejabat Negara yang bisa dihitung harganya, sehingga para nasabahpun akan berteriak-teriak karena uangnya yang cukup besar jumlahnya khawatir tidak kembali lagi. Mungkin juga kasus ini akan menjelaskan bagaimana negara ini dapat bertahan pada posisi atas dalam daftar negara-negara korup. Kasus ini juga dapat menjelaskan bagaimana tingkat kemiskinan di negeri ini tidak dapat kita tekan ke level yang lebih rendah. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar