Kamis, 17 September 2009

PRESIDEN DAN KITA

Kita baru saja melewati satu fase dari proses demokrasi di Indonesia, yakni pemilihan Umum Presiden untuk periode 2009-2014, setelah beberapa bulan yang lalu kita juga melewati Pemilu Legislatif. Apa pun yang dihasilkan dari Pemilu Presiden itu adalah terpilihnya seorang pemimpin bangsa yang terbaik bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

Pemilihan Presiden tentu bukanlah pemilihan Kepala Desa atau pemilihan Kepala Suku, karena wilayah geografis dan wilayah etnografisnya jauh lebih luas. Meskipun para candidat Presiden berlatar belakang wilayah dan etnik yang berbeda-beda. Tetapi ketika ia maju menjadi calon presiden maka garis-garis wilayah dan etnik tersebut akan tercabut dengan sendirinya dan melabeli dirinya dengan nasionalisme.
Pada awalnya memang muncul berbagai isu yang menonjolkan masalah kedaerahan, daerah asal yang sebenarnya sangat tidak relevan dengan pemilihan Presiden RI karena bangsa kita adalah bangsa yang multi etnik, dan multi kultur. Bangsa Indonesia dibangun dari sejumlah suku bangsa yang ada yang saling topang-menopang, bergotong-royong dan saling bahu membahu merebut kemerdekaan, dan melakukan pembangunan secara terus menerus selama 64 tahun.
Keberagaman kita ini menjadi penting dan merupakan suatu hal yang harus dianggap sebagai suatu kekuatan bangsa. Sehingga rancangan pembangunan ke depan yang diprogramkan oleh Presiden haruslah diarahkan kepada pemerataan ke semua bagian dalam masyarakat kita, dan di semua wilayah di bumi pertiwi ini.
Kesalahan masa lalu yang hanya melakukan pembangunan di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia dan mengabaikan wilayah lain harus bisa diperbaiki. Wilayah yang tertinggal tersebut sudah saatnya dilakukan percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalannya. Wilayah itu sudah semestinya diberikan perhatian khusus.
***

Seorang pemimpin bangsa akan menjadi bapak bagi segenap anak bangsa dari golongan atau dari etnik apapun. Sebagai bapak bangsa ia akan mengayomi melindungi dan sesekali akan menjewer telinga anak-anaknya jika ada yang bandel. Karena anak yang bandel akan mengganggu suasana rumah jika dibiarkan bertingkah. Maka sebagai langkah awal dan yang amat penting dilakukan oleh Bapak Presiden baru kita adalah melanjutkan menjewer telinga-telinga para koruptur yang merusak citra bangsa dan membuat banyak orang jadi menderita.
Presiden kita harus membuat negara ini menjadi aman, tentram, damai, dan sejahtera. Dengan rasa aman dan tentram masyarakat akan dengan mudah mengembangkan kehidupannya. Selain perekonomian akan tumbuh menuju kesejahteraan yang lebih baik berbagai usaha pun dapat dibangun untuk menopang kehidupan bangsa.
Traumatik masa lalu tentang berbagai kerusuhan yang berbau diskriminasi dan “sara” sudah saatnya diakhiri dan tidak lagi diberi kesempatan untuk muncul kembali. Semua suku bangsa yang ada di Indonesia harus diberi kesempatan yang sama untuk mengabdi dan mengeksperikan rasa cintanya kepada bangsa Indonesia dalam kerja, dan melakukan apa saja yang merupakan bentuk partisipasinya dalam pembangunan.
Sisa-sisa berbagai regulasi pemerintah masa lalu yang bersifat diskriminatif sudah saatnya dihapus dan digantikan dengar peraturan dan kebijakan yang lebih bersifat membangun kebersamaan.
Semua slogan yang muncul dalam kampanye Pilpres yang lalu harus kita simpan dalam file kita dengan baik sebagai bahan untuk menagih janji pada para tokoh dan bapak bangsa kita. Terlebih lagi bagi yang sudah terpilih oleh rakyat sebagai presiden. Mari kita menyimpan slogan “Pro Rakyat”, “Lanjutkan”, dan “Lebih Cepat Lebih Baik”, karena di balik slogan-slogan politik itu tersimpan janji pada kita sebagai rakyat. (juli 2009/ udin bahrum)

Tidak ada komentar: